Suatu ke-organisasi-an..

Beberapa kawan mengatakan ‘Kapan menulis lagi?’ atau dibenak mereka ialah ‘Aisyah masih dalam proses mencutikan diri dalam menulis’ Sayangnya, semua itu ku bantah dalam hati kecil dengan kata kata ‘wong kemarin saja saya baru selesai nulis status di story sosial media kok’ sambil nyinyir pahit. Hhe..

Beberapa belakangan ini, masih disibukkan dengan urusan kuliah juga ke-organisasi-an. Perihal organisasi, sempat kemarin sore saya mengikuti salah satu agenda yakni rapat kerja. Yang difikiran para kawan kawan sendiri akan ada beberapa orang membuat lingkaran atau duduk melingkari meja bundar, dan satu atau dua orang akan berdiri didepan sedang mempresentasikan ide ide kreatif akan seorang mahasiswa. Alih alih malah membuat suasana damai itu menjadi ajang pengintimidasian akan seorang senior kepada junior dalam organisasi. Sekaligus ajang pertunjukan bakat dengan banyak omong atau bantahan juga sanggahan.

Saya sendiri merasa lucu, jikalau saya malah meniru gaya mahasiswa yang memiliki sifat ke-aku-annya dihadapan orang. Padahal kita sendiri tahu bahwasan, Iblis dilaknat oleh Rabb bukan sifat nafsunya melainkan ke-aku-annya. Maka berhati hatilah..

Semua itu berawal dari salah satu teman yang membahas perbedaan makna keorganisasian dengan nama organisasi yang dijadikan petunjuk atau bahasa slanknya brand. Misalkan, keorganisasian dari HMI. Artinya, perihal ataupun hal hal yang menyangkut aktifitas dari organisasi HMI. Atau lebih sederhananya ialah, aqua adalah jenis minuman mineral.

Permasalahannya dalam pembahasan tersebut ialah membuang buang waktu hingga berjam jam dan tak menemukan solusi. Bagaimana tidak, peranan mahasiswa dalam ajang raker itu malah berubah menjadi ajang pertunjukan bakat berdebat dan mencari cari kesalahan orang. Padahal kita tahu sendiri bahwasannya tak ada kesempurnaan. Dan kebenaran itu memang mutlak. Disamping itu, saya sendiri tak ingin melarang mereka untuk memperbaiki atau mengoreksi kesalahan kita. Namun saya disini bukan menulis atas kekesalan terhadap para senior yang terlalu mengintimidasi junior melainkan menyederhanakan makan keoganisasian itu sendiri..

Saya jadi teringat diawal awal masuk perguruan tinggi, akan kedilemaan yang memuncak tatkala harus menjadi mahasiswa yang peduli atau apatis. Jawabannya harus mengikuti organisasi. Lalu saya bertanya pada salah satu teman yang sedang menempuh pendidikan S2nya jurusan sastra, dengan pertanyaan yang konyol ‘Mbak, menurut mbak apa memang kita harus beroganisasi?’ dan jawaban yang saya dapat ialah ‘Saya tak paham, pertanyaan mu terlalu umum’ ditambah dengan penjelasan panjang. Yang pada inti dari obrolan kita berdua ialah. Organisasi itu penting, sebelum mengspesifikasi dalam dunia perkuliahan. Contohnya keluarga adalah organisasi, berteman adalah organisasi, bahkan hal yang diharamkan pun -pacaran- adalah organisasi. Bagaimana tidak? Semua yang saya sebut memiliki orang orang dan bagian bagiannya yang mempunyai tujuan tertentu. Misalkan keluarga, terdiri dari Ayah, Ibu, Anak, dan mempunyai tujuan menghidupkan suasana rumah.

Lalu pada dunia perkuliahan itu sendiri memiliki banyak perkumpulan perkumpulan orang dalam suasana resmi yang memiliki tujuan masing masing. Sehingga kembali dalam pembahasan perbedaan antara keorganisasian dan nama organisasi, ialah suatu pertanyan yang menanyakan perbedaan langit dengan daun yang jatuh. Sederhananya tak nyambung. Alih alih pertanyaan ‘Apakah keorganisasian dan nama organisasi itu sama atau tidak?’ lucu bukan?

Mungkin bukan hanya saya saja yang merasa harus membedakan antara suatu kegiatan dengan sebutan/ nama organisasi. Tetapi anak kecil pun dapat membedakan mana makanan dan yang mana pasta gigi.